di gumuk
Klanangan,
sebab angin
memindai garam,
masalalu
memedihkan udara,
dan luka kembar
di tubuh kita.
sedang bisik
layup para tetua,
bagai rumputan
kering,
diaduk angin yang
berpusing.
: kita telah lama
abai,
dan lebih banyak
mengandai.
di gumuk
Klanangan,
sejarah peradaban
tak berbunyi,
kearifan yang
dibangun angin,
beratus tahun
dicekam dingin.
dan saat cuaca
bersalin rupa,
serbuan serdadu
dari arahmu,
menikam belati
dan mesiu.
: kita telah lama
abai,
dan lebih banyak
mengandai.
di gumuk
Klanangan,
bukan hanya pohon
dan kentongan,
pasir batu dan
keluh lembu,
huma kebun dan
stambul gurun.
semua telah lama
dibunyikan,
berahut mengatapi
khutbah,
di hati mana
telah musnah.
© kaibon, 29 desember 2010
0 comments:
Post a Comment