telah didirikan benang basah itu
mengubun langit di atas Wisrawa
dan anak Sumali, bagai awan kapas
ditiupkan angin satu paras
ranum cinta yang mengalir
cahya di Alang Kumitir
˝yayi Sukesi,
Kau lihatkah sang imam itu
menyibak serambi masjid dalam pantai˝
˝begitulah, Begawan..
tetapi apakah semua ini
paras cahya dari sepi..˝
maka langit-bumi berpagut
pada ujung tangga bianglala
menggetar batu-batu di gerbang Kahyangan
mengguruh Guru-Uma di jasad keduanya
kedengkian dewa-dewa
mengukir kerat sepi jadi api
luruhkan wangi tunjung di taman
di pinggang hutan
dan diantara lekat dua badan
˝yayi Sukesi,
kau lihatkah sang Puja itu?˝
˝begitu, Kanda
dalam songsong cinde Wibisana˝
maka usai dikoyakkan bumi-langit
dalam sorai yang menghantu
dan di rahim Sukesi
kemalangan sunyi pertapa
melesakkan api duka
dari darah, telinga dan kuku Sarpa
©Setro,
12 Januari 2010
0 comments:
Post a Comment