Wednesday, July 10, 2019

tetralogi pertama: wisrawa-sukesi


telah didirikan benang basah itu
mengubun langit di atas Wisrawa
dan anak Sumali, bagai awan kapas
ditiupkan angin satu paras
ranum cinta yang mengalir
cahya di Alang Kumitir

˝yayi Sukesi,
Kau lihatkah sang imam itu
menyibak serambi masjid dalam pantai˝

˝begitulah, Begawan..
tetapi apakah semua ini
paras cahya dari sepi..˝

maka langit-bumi berpagut
pada ujung tangga bianglala
menggetar batu-batu di gerbang Kahyangan
mengguruh Guru-Uma di jasad keduanya

kedengkian dewa-dewa
mengukir kerat sepi jadi api
luruhkan wangi tunjung di taman
di pinggang hutan
dan diantara lekat dua badan

˝yayi Sukesi,
kau lihatkah sang Puja itu?˝

˝begitu, Kanda
dalam songsong cinde Wibisana˝

maka usai dikoyakkan bumi-langit
dalam sorai yang menghantu
dan di rahim Sukesi
kemalangan sunyi pertapa
melesakkan api duka
dari darah, telinga dan kuku Sarpa

©Setro, 12 Januari 2010

0 comments:

Post a Comment