Thursday, July 16, 2009

megatroh

: bagi Tuti Aditama

harum tipis lenguh kerbau, lepas siang kaki telanjang, lempar baju, lempar buku; adalah pesona dunìa itu. Makin kuat angin jentera memayung dukuh Dan orang-orang memboyong siangnya penuh-penuh. Sawah-ladang, punggung kerbau, jengkerik yang terkìli dan sihir tikungan kali.

“Hari ini Pekalangan ada Chi, di sekitar beji”
“Seperti kemarin...”
“Jagonya masih Warmin. Piala tebu dan kedondong batu”

Maka hiruk-pikuk peluit jerami matras debu tegal-sawah, selepas panen sadhon adalah surga lainnya. Begitu sederhana untuk diuji jadi satriya!

Lelaki kecil Gandusari pulang kesorean dengan tubuh bau lumpur
dan sisa lenguh kerbau tetangga makmur. Jika ada yang perlu bicara maka semua gagang sapu menuding muka.

“O, anak-cucu siapa. Harus selalu ingat, jangan mandi di kali Barat. Punggung kerbau membuat kalian dungu. Dan gagang sapu ini akan segarkan seluruh ingatanmu”

Bocah kecil meronta di rembang senja, dan rembulan telah sudi menyelamatkannya. Ia pamit pergi mengaji, tapi serukan jonjang-blodor di jalan tepi.
maka tiap malam tiba
: purnama telah membakar desa-desa.

© menganti, desember 2000

0 comments:

Post a Comment