Thursday, July 16, 2009

surat buat caroline

Tak sepantasnya aku buang catatanmu, Carol. Setelah bulan menggumpal dan para enterniran Boven menghìtamkan tubuhnya
di tepi-tepi air, antara Brisbane dan pelabuhan-pelabuhan jauhnya. Tidak, Carol. Setelah begitu meluas seruan martir, ditulis pada topi para matros dan di topi para kerani; yang teranyam dengan ayunan tropis di Kapal-Kapal Hitam. Setelah gempuran yel-yel menusuk langìt Benua Kecil, lalu ribuan pulau di sekitarnya. Setelah jutaan tangan mengapalkan kirinya ke langit, serentak dan bersama

Gerimis mesiu menggetarkan September, begitu kelabu ladang-ladang Kentang berubah ungu di belakang Melbourne, Sydney, hingga Mackay. Dan keruan saja; Van Mook berudang basah mukanya, dengan topi gusar corak Eropa, gelisah di bawah lutut Tuk Kliwon; ia berjalan rendah dan nafasnya terengah.

Tidak, Carol. Bahkan pun bila terlihat kembali bagaimana Madame pada sibuk dan dengan gesit menyulap garase-garase jadi Cafe
lengkap dengan cabe Chili dan sumpek bau terasi. Karena di luarnya hanya ada cumi-cumi -bernama Globalisasi- yang begitu raksasa, hingga untuk memutus satu tali guritanya
perlu martir dua benua.

jika pun dunia harus berubah, tenggelam bersama kapal jelaga dan Boven hanya bergeser titiknya saja, tak harus benang putus begitu rupa. Toh masih ada barkas, larvet dan kapal selam, sederet freegaat di Fremantle menunggu; begitu pula rembulan dan rinduku.

© Puri Depok, 24 Sept. 2000

0 comments:

Post a Comment