Thursday, July 16, 2009

situs kota

I

Hantu tanah serupa malam ia kini
Yang siangnya dilebur peluh petani
Dan gelap telah mengandungkan jerit hati

Sesungguhnya, diam-diam
Kota telah dikepung perkara
Priyayi, polisi, bupati dan tentara
Berbaris merapatkan kisi-kìsi rumahnya

: siapa telah mengajarkan bahasa hantu itu
Di tengah orang-orang santun dan lugu?

Keonaran muncul di rumah Baluwerti
Belenggu pagar tergoyang
Sinar dan angin telah menegurnya

Hantu malam serupa tanah
Mengepung cikal bayangan.

II

Bukan sekedar debu -kataku- jika orang dari atap Jakarta itu
Tiba dan bicara soal kemakmuran, pengangguran dan
Desa-desa yang direndahkan.
Yang terbelakang, kumuh, norak peradabannya,
Khutbah tiap Jum'at dilangsir reperti kereta
Yang memuat kepentingan siapa?
-kalian, tiap hari, tiap kali, omong besar kepentingan desa ini
tetapi di baliknya menebalkan perbudakan tua saja-

: bagaimana mungkin bìcara keadilan dan kemakmuran
Ketika petani berubah jadi kuli di tanahnya sendiri
sebab merdeka buat mereka malah terbebas
dari lahan garapannya; ketika buruh-buruh dihirap keringatnya,
sepanjang masa dan upahnya makin pahit saja!

sementara langit makin meninggi dan
pelangi tak bakalan muncul-muncul lagi

© nogoraji, 2000

0 comments:

Post a Comment